Indonesia
2021-04-19 11:11
Market analysisSaham Pilihan di Tengah Eksodus Investor ke Bitcoin Dkk
Related product:
Forex,Others,Others,Stock,Others,Others
Market analysis:
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,26 persen pada perdagangan pekan lalu, mendarat di 6.086. Investor asing tercatat melakukan aksi beli senilai Rp884,04 miliar.
Analis Pasar Modal Riska Afriani menyebut indeks masih mengalami tekanan yang cukup berat walaupun berhasil tumbuh tipis jelang akhir pekan. Penguatan itu, menurut dia, ditopang oleh optimisme pertumbuhan ekonomi secara global.
Hal ini tercermin dari revisi proyeksi yang dirilis oleh Dana Moneter Internasional (IMF) April 2021 yang menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 5,5 persen pada Januari lalu menjadi 6 persen.
Pertumbuhan pesat diprediksi bakal terjadi di India sebesar 12,5 persen tahun ini, China 8,4 persen, dan AS 6,4 persen. Secara kolektif, negara berkembang di Asia diproyeksi tumbuh sebesar 8,6 persen, naik 0,8 persen dari proyeksi sebelumnya.
Sayangnya, hal sama tak terjadi untuk Indonesia. IMF malah merevisi ke bawah proyeksinya dari 4,8 persen menjadi 4,3 persen.
Tidak hanya dari IMF saja, Riska juga menilai geliat ekonomi mulai tampak jelas dari melambungnya harga-harga komoditas, seperti batu bara, minyak, dan kelapa sawit.
Harga minyak mentah dunia misalnya menembus level tertinggi dalam empat pekan terakhir mencapai US$66,94 per barel untuk Brent dan US$63,46 untuk West Texas Intermediate (WTI) pada perdagangan Kamis (15/4).
Lihat juga: Plus Minus Investasi Cryptocurrency
"Batu bara sendiri karena konsumsi terbesar adalah China dan India, dan ekonominya sudah mulai membaik, maka harga sudah mulai naik," jelasnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (19/4).
Imbas optimisme terhadap IHSG memang ada, namun Riska menyebut imbas tidak terlalu signifikan karena tertahan sentimen lain, yaitu rendahnya nilai transaksi dan volume perdagangan di bursa dalam negeri akhir-akhir ini.
Ia menilai ini disebabkan pergeseran iklim investasi dari pasar modal ke aset kripto, seperti bitcoin, yang akhir-akhir ini sedang naik daun.
Pada pekan lalu, tercatat nilai transaksi secara rata-rata hanya sebesar Rp9,76 triliun dan volume perdagangan di kisaran 15,9 miliar saham.
Lihat juga: Dogecoin Meroket 85 Persen Dalam 24 Jam
Riska mengatakan sepinya pasar saham tidak terlepas dari hijrahnya trader dan spekulan ke pasar aset kripto pada beberapa pekan terakhir.
"Biasanya kalau trader lagi aktif, ANTM transaksinya per hari mencapai triliun rupiah, tapi sekarang hanya sekitar Rp400an miliar," katanya.
Tren pergeseran ini mulai terjadi pada tahun lalu saat banyak perusahaan besar dunia yang mulai berinvestasi di aset kripto, terutama bitcoin. Elon Musk, pendiri Tesla, menjadi salah satu tokoh yang rajin mencuit soal aset kripto.
Musk secara terbuka membagikan pandangannya terkait aset kripto, sebagai contoh ia dengan gamblang menyatakan aset kripto doge (dogecoin) sebagai favoritnya. Tak lama setelahnya, harga dogecoin melambung beberapa kali lipat.
'Pom-pom' seperti yang dilakukan Musk, menurut Riska, juga menambah optimisme masyarakat beralih ke asep kripto meski risiko berinvestasi di sana lebih tinggi dari pasar modal atau investasi lainnya.
Saat ini, ia menilai trader belum akan kembali ke pasar modal karena rendahnya fluktuasi pasar. Sementara, yang masih bertahan seperti investor jangka panjang, malah mendapat peluang baru.
Kala saham-saham big caps ditinggalkan dan turun harga, ini dapat dimanfaatkan untuk akumulasi beli. Misalnya, saham PT BCA Tbk yang sempat turun ke level 29.900 pada pekan lalu dapat dibeli mengingat valuasi normal BBCA berada di kisaran Rp33 ribu-Rp35 ribu per saham.
Tak perlu panik, ia yakin pada saatnya indeks bakal kembali menguat setelah pelaku pasar mulai jenuh dengan aset kripto.
"Saat orang jenuh ya otomatis akan kembali ke pasar modal, pandangan saya keadaan ini sesaat saja," jelasnya.
Untuk pekan ini, ia menyebut indeks masih bakal bergerak terbatas di rentan 5.880-6.120.
Adapun sektor yang menurut dia bisa dipantau adalah sektor perbankan, infrastruktur, pertambangan, dan konsumer.
Saham-saham pilihan Riska pekan ini adalah BBRI, BMRI, BBNI, TLKM, ADRO, PTBA, UNVR, INDF, dan ICBP.
Jimimalela
Trader
Hot content
Industry
Event-A comment a day,Keep rewards worthy up to$27
Industry
Nigeria Event Giveaway-Win₦5000 Mobilephone Credit
Industry
Nigeria Event Giveaway-Win ₦2500 MobilePhoneCredit
Industry
South Africa Event-Come&Win 240ZAR Phone Credit
Industry
Nigeria Event-Discuss Forex&Win2500NGN PhoneCredit
Industry
[Nigeria Event]Discuss&win 2500 Naira Phone Credit
Forum category
Platform
Exhibition
Agent
Recruitment
EA
Industry
Market
Index
Saham Pilihan di Tengah Eksodus Investor ke Bitcoin Dkk
Indonesia | 2021-04-19 11:11
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,26 persen pada perdagangan pekan lalu, mendarat di 6.086. Investor asing tercatat melakukan aksi beli senilai Rp884,04 miliar.
Analis Pasar Modal Riska Afriani menyebut indeks masih mengalami tekanan yang cukup berat walaupun berhasil tumbuh tipis jelang akhir pekan. Penguatan itu, menurut dia, ditopang oleh optimisme pertumbuhan ekonomi secara global.
Hal ini tercermin dari revisi proyeksi yang dirilis oleh Dana Moneter Internasional (IMF) April 2021 yang menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 5,5 persen pada Januari lalu menjadi 6 persen.
Pertumbuhan pesat diprediksi bakal terjadi di India sebesar 12,5 persen tahun ini, China 8,4 persen, dan AS 6,4 persen. Secara kolektif, negara berkembang di Asia diproyeksi tumbuh sebesar 8,6 persen, naik 0,8 persen dari proyeksi sebelumnya.
Sayangnya, hal sama tak terjadi untuk Indonesia. IMF malah merevisi ke bawah proyeksinya dari 4,8 persen menjadi 4,3 persen.
Tidak hanya dari IMF saja, Riska juga menilai geliat ekonomi mulai tampak jelas dari melambungnya harga-harga komoditas, seperti batu bara, minyak, dan kelapa sawit.
Harga minyak mentah dunia misalnya menembus level tertinggi dalam empat pekan terakhir mencapai US$66,94 per barel untuk Brent dan US$63,46 untuk West Texas Intermediate (WTI) pada perdagangan Kamis (15/4).
Lihat juga: Plus Minus Investasi Cryptocurrency
"Batu bara sendiri karena konsumsi terbesar adalah China dan India, dan ekonominya sudah mulai membaik, maka harga sudah mulai naik," jelasnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (19/4).
Imbas optimisme terhadap IHSG memang ada, namun Riska menyebut imbas tidak terlalu signifikan karena tertahan sentimen lain, yaitu rendahnya nilai transaksi dan volume perdagangan di bursa dalam negeri akhir-akhir ini.
Ia menilai ini disebabkan pergeseran iklim investasi dari pasar modal ke aset kripto, seperti bitcoin, yang akhir-akhir ini sedang naik daun.
Pada pekan lalu, tercatat nilai transaksi secara rata-rata hanya sebesar Rp9,76 triliun dan volume perdagangan di kisaran 15,9 miliar saham.
Lihat juga: Dogecoin Meroket 85 Persen Dalam 24 Jam
Riska mengatakan sepinya pasar saham tidak terlepas dari hijrahnya trader dan spekulan ke pasar aset kripto pada beberapa pekan terakhir.
"Biasanya kalau trader lagi aktif, ANTM transaksinya per hari mencapai triliun rupiah, tapi sekarang hanya sekitar Rp400an miliar," katanya.
Tren pergeseran ini mulai terjadi pada tahun lalu saat banyak perusahaan besar dunia yang mulai berinvestasi di aset kripto, terutama bitcoin. Elon Musk, pendiri Tesla, menjadi salah satu tokoh yang rajin mencuit soal aset kripto.
Musk secara terbuka membagikan pandangannya terkait aset kripto, sebagai contoh ia dengan gamblang menyatakan aset kripto doge (dogecoin) sebagai favoritnya. Tak lama setelahnya, harga dogecoin melambung beberapa kali lipat.
'Pom-pom' seperti yang dilakukan Musk, menurut Riska, juga menambah optimisme masyarakat beralih ke asep kripto meski risiko berinvestasi di sana lebih tinggi dari pasar modal atau investasi lainnya.
Saat ini, ia menilai trader belum akan kembali ke pasar modal karena rendahnya fluktuasi pasar. Sementara, yang masih bertahan seperti investor jangka panjang, malah mendapat peluang baru.
Kala saham-saham big caps ditinggalkan dan turun harga, ini dapat dimanfaatkan untuk akumulasi beli. Misalnya, saham PT BCA Tbk yang sempat turun ke level 29.900 pada pekan lalu dapat dibeli mengingat valuasi normal BBCA berada di kisaran Rp33 ribu-Rp35 ribu per saham.
Tak perlu panik, ia yakin pada saatnya indeks bakal kembali menguat setelah pelaku pasar mulai jenuh dengan aset kripto.
"Saat orang jenuh ya otomatis akan kembali ke pasar modal, pandangan saya keadaan ini sesaat saja," jelasnya.
Untuk pekan ini, ia menyebut indeks masih bakal bergerak terbatas di rentan 5.880-6.120.
Adapun sektor yang menurut dia bisa dipantau adalah sektor perbankan, infrastruktur, pertambangan, dan konsumer.
Saham-saham pilihan Riska pekan ini adalah BBRI, BMRI, BBNI, TLKM, ADRO, PTBA, UNVR, INDF, dan ICBP.
Forex
Others
Others
Stock
Others
Others
Like 0
I want to comment, too
Submit
0Comments
There is no comment yet. Make the first one.
Submit
There is no comment yet. Make the first one.